“Nothing Was The Same” Karya Personal Drake – Album Review

Posted by
November 13, 2013

drake-nothing-was-the-same-album-cover3-e1379106133203

Siapa yang bisa menyangka kalau seorang remaja bernama Drake yang mengawali karirnya sebagai bintang TV di Nickelodeon ternyata berhasil menjadi seorang rapper yang dihargai oleh komunitas Hip/Hop? Tidak hanya mendapatkan pengakuan dari komunitasnya, Drake juga disukai oleh kritikus dan disambut dengan hangat oleh penggemar musik. Penjualan mini album “So Far Gone” yang dilanjutkan dengan dua full album, “Thank Me Later” dan “Take Care” terus meningkat, sehingga dapat dikatakan bahwa Drake adalah salah satu bintang Hip/Hop paling sukses saat ini. Tidak mengherankan jika “Nothing Was The Same” juga meraih kesuksesan yang sama. Pada minggu pertama penjualannya, album ini berhasil dibeli sebanyak 658,000 keping oleh penggemar musik.

Apakah kesuksesan album “Nothing Was The Same” secara komersial juga menjamin bahwa album ini adalah sebuah karya yang mudah didengar oleh kalangan pecinta musik pada umumnya? Ternyata, jawabannya adalah tidak! “Nothing Was The Same” bukanlah sebuah album yang menghadirkan nada-nada musik ringan, menyegarkan, dan tidak bisa ditebak. Album ini cenderung monoton, suram, dan gelap dari sisi musik yang ditampilkan. Lantas, apa yang membuat “Nothing Was The Same” menjadi sebuah karya yang layak untuk kita dengarkan? Jawabannya adalah musikalitas seorang Drake yang dihadirkan melalui karakter dari lirik-lirik Rap yang Ia hadirkan. Berani, personal, dan introspektif. Album ini seakan menjadi sebuah autobiografi dari Drake.

“Nothing Was The Same” dibuka dengan tegas melalui “Tuscan Leater.” Drake seakan menantang dengan penuh keberanian, dengan menyatakan bahwa album ini tidak dibuat untuk diperdengarkan melalui radio komersial. Meskipun tidak akan diterima, tetapi Ia tidak peduli. Perhatikan saja petikan lirik lagu ini. “This is nothing for the radio. But they’ll still play it though. Cuz it’s the new Drizzy Drake, that’s just the way it go. I reached a point where don’t shit matter to me nigga.” Track kedua yang diberi judul “Furthest Thing” menceritakan mengenai penyesalan akan berbagai perbuatan yang telah dilakukan sebagai dampak dari kekayaan dan kesuksesan yang telah diraih.

“Started From The Bottom” adalah salah satu materi paling kuat dan sekaligus anthemic dari album “Nothing Was The Same.” Kisah inspirasional dari usaha untuk merangkak dalam meraih kesuksesan. Memulai dari bawah, dan kini Drake berhasil mencapai posisi yang telah Ia Impikan selama ini. “Wu-Tang Forever”dan “Own It” seakan merupakan 1 lagu yang terhubung, tetapi dibagi menjadi 2 buah lagu. Kedua lagu ini menjadi sebuah tribute kepada salah satu group Hip/Hop legendaris, Wu-Tang Clan. Lagu “It’s Yourz” dari Wu-Tang Clan diubah menjadi sesuatu yang cukup berbeda.

Drake menunjukkan kemarahan melalui “Worst Behaviour” dengan menyampaikan kritikan kepada orang-orang yang Ia anggap munafik. Dilanjutkan dengan “From Time” yang dibuka oleh suara lembut dari Jhene Aiko. Lagu ini menghadirkan pertanyaan tentang arti cinta dan juga pencarian kekasih sejati yang tak kunjung Ia dapatkan.

“Hold On We’re Going Home” adalah lagu yang paling ringan dan mudah diterima oleh penikmat musik pada umunya. Aliran beat yang kental dengan nuansa tahun 80-an terasa mengalir dengan lirik romantis dan nyanyian ringan dari Drake pada nada yang masih dapat Ia capai. Bagi pendengar yang mengharapkan bagian 2 atau 3 dari lagu “Hold On We’re Going Home” di album ini, bersiaplah untuk kecewa. Karena irama ringan lagu ini hanya bisa didengarkan 1 kali di album “Nothing Was The Same” ini.

“Connect,” “The Language” dan “305 to My City” menghadirkan sesuatu yang berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. “Connect” menceritakan mengenai kepasrahan pada situasi dan juga seorang wanita over controlling. Sedangkan “The Language” banyak dikabarkan sebagai lagu kritikan terhadap rivalnya, Kendrick Lamar, yang telah membicarakan hal-hal buruk mengenai Drake. “305 to My City” tidak banyak memberikan petunjuk pada hal spesifik yang dibicarakan oleh Drake, tetapi paling tidak kita bisa merasakan bahwa lagu ini sedikit memberikan pujian pada kota Miami.

“Too Much” menampilkan vokal dari Sampha yang terdengar elegan dan sekaligus menghantui. Lagu yang menyentuh masalah keluarga ini, kabarnya sempat membuat Ibu Drake merasa tersinggung, karena sang anak mengeksploitasi kondisi keluarga mereka. Tetapi, seperti yang Drake katakan dalam liriknya, mungkin sang Ibu seharusnya, “Don’t think about it too much.”

Album “Nothing Was The Same” ditutup melalui sebuah kolaborasi dengan rapper legandaris Jay Z, dalam “Pound Cake/Paris Morton Music.” Dua lagu yang diolah menjadi satu ini menampilkan transformasi yang dramatis. Keduanya terdengar jauh berbeda. Jika pada bagian “Pound Cake” Jay Z adalah rapper yang dominan, maka dalam “Paris Morton Music” Drake kembali mengambil alih kendali.

Seperti yang sudah disadari, meskipun album ini adalah sebuah karya yang sukses secara komersial, tetapi musik yang dihadirkan oleh Drake tidaklah komersial. Ia berani menentang persepsi umum yang menganggap bahwa sebuah album laris harus memiliki berbagai single yang mudah untuk didengarkan. “Nothing Was The Same” adalah sebuah album yang berat, namun memiliki bobot kualitas yang tinggi dari storytelling seorang Drake. Gaya penuturan Rap dari Drake dalam album ini akan membuat kita merasa bahwa Ia seakan-akan berada di depan kita langsung. Sebuah album yang wajib didengarkan setiap lirik dan tutur katanya dari track pertama hingga ke track yang terakhir.

Title: Nothing Was The Same (Explicit)
Artist: Drake
Lable: Cash Money / Universal Republic / Universal Music Indonesia
Tracklisting:

1. “Tuscan Leather”
2. “Furthest Thing”
3. “Started From The Bottom”
4. “Wu-Tang Forever”
5. “Own It”
6. “Worst Behaviour”
7. “From Time”
8. “Hold On, We’re Going Home”
9. “Connect””
10. “The Language”
11. “305 To My City’ Feat. Detail”
12. “Too Much”
13. “Pound Cake’ Feat. Jay Z / Paris Morton Music 2”

Comments and 5,670 views

Gia Adhika

I work in the entertainment, publishing & social media industry. Observes & writes about it. Author of ONE DIRECTION The Unofficial Book & Buku Pop Superstars.

Related Posts

COMMENT

Comments Closed