“The Giver,” Dunia Tanpa Warna, Cinta, dan Emosi │Movie Review

September 28, 2014

The_Giver_poster

“The Giver, merupakan sebuah film yang diadaptasi dari novel karya Lois Lowry. Film ini menceritakan tentang keadaan ‘dunia’ yang (tampaknya) menjadi tempat yang sangat ideal untuk para penghuninya karena mereka tidak memiliki emosi, tidak berwarna, tanpa cinta, bahkan tanpa rasa sakit. “The Giver,” mengambil setting pada masyarakat di tahun 2048, yang sebelumnya terjadi sebuah perang besar yang memporak-porandakan semuanya. Untuk menghapus segala kenangan buruk tersebut dan mengobati trauma, masyarakat memutuskan untuk menghapus segala perbedaan atas nama ras dan warna. Semua warga yang memiliki kenangan baik maupun buruk dihapus secara permanen. Alhasil, masyarakat merasa bahagia, tidak pernah sedih dan merasa sakit hati. Sekilas kelihatannya memang sangat indah jika memiliki dunia seperti itu. Tidak akan ada keributan kembali, perebutan kekuasaan maupun saling tikai satu sama lain. Namun, apakah semuanya akan merasa sebahagia itu dan senyaman itu?

Cerita ini bermula dari 3 orang sahabat yang telah menghabiskan masa kecilnya bersama-sama. 3 sahabat itu bernama Jonas (Brenton Thwaites) , Asher (Cameron Monaghan) , dan Fiona (Odeya Rush). Masa kecil yang mereka habiskan dengan penuh keindahan, kedamaian, keceriaan tetapi di lain sisi mereka tidak pernah mengenal apa arti cinta yang sebenarnya. Tepat dihari kelulusan, mereka akan diberi pekerjaan yang telah ditentukan oleh petua tertinggi yang mengatur segala aktifitas mereka. Ketakutan yang amat sangat dirasakan oleh Jonas. Ia merasa kalau dirinya bahkan tak pernah tahu posisi apa yang bisa ia lakukan.

The-Giver-Movie-Cameron-Monaghan-Asher-Odeya-Rush-Fiona

Asher mendapatkan posisi sebagai pilot robot. Fiona mendapatkan posisi sebagai pengasuh bayi. Dan, Jonas terpilih sebagai “The Receiver of Memory,” penerima kenangan. Jonas adalah satu-satunya orang di masyarakatnya yang mendapatkan hasil tersebut. Dalam tugasnya nanti, Jonas harus memberikan nasehat atas keputusan-keputusan pada kelompok yang dituakan di masyarakat, Elder. Kelompok Elder dipimpin oleh Chief Eldel (Meryl Steep).

Konflik mulai terjalin ketika Jonas menerima kenangan dari The Giver (Jeff Bridges). The Giver memberikan banyak memori yang tak terduga dan tak pernah Jonas rasakan seperti rasa sakit, ketakutan, bahkan cinta.  Karena Jonas mengetahui atas kenangan yang terjadi atas diri The Giver, termasuk anak pemberi kenangan tersebut, Rosemary (Taylor Swift). Rosemary ternyata bunuh diri karena beban kenangan yang begitu berat dan melepaskan keputusan Elders sebagai penerima kenangan. Dalam kenangan tersebut, Jonas merasakan sakit hati, kesedihan dan luka akibat perang.

The-Giver-2014-Movie-Photos-540x405

Jonas akhirnya memberitahu Fiona. Ia menceritakan tentang kondisi masyarakat yang penuh kepalsuan. Pemberontakan yang biasa berlaku pada film-film distopia ini pun terjadi. Jonas kabur menuju Elsewhere, sebuah tempat diluar komunitas tersebut. Ia menginginkan agar masyarakat paham bahwa selama ini mereka hidup penuh dengan kepalsuan dan berhak atas kenangan yang pernah dihapus. Jonas menyadari kalau selama ini dia hidup dalam ‘dunia’ yang salah. Dunia tanpa emosi, perasaan, cinta, bahkan tidak mengenal rasa sakit. Hal itu lah yang menyebabkan Jonas berani melanggar peraturan demi mengembalikan keadaan dunia yang sebenernya. Dia harus melanggar banyak peraturan, sampai ia dianggap berbahaya oleh para Petua di komunitasnya.

apple

The Giver merupakan film arahan sutradara Phillip Noyce, sutradara yang pernah dikenal lewat The Bone Collector dan Salt. Film ini pun merupakan adaptasi dari novel yang juga berjudul The Giver karya Lois Lowry pada tahun 1993. Noyce berhasil meramu novel tersebut dan menyuguhkannya dalam seni audio-visual juga dengan kesuksesan yang sepadan. Banyak nilai moral yang dapat kita petik pada film ini. Beberapa yang harus kita pahami dan mengerti dari film ini adalah hal yang kita anggap sepele, ternyata mengambil peranan yang sangat penting dalam kehidupan seseorang seperti emosi. perasaan, kecewa, sakit hati, bahkan cinta. Bisakah kita hidup tanpa itu semua? So, untuk Flagers semua jangan sampai tidak menonton film “The Giver” ya, karena dari film ini kita dapat mengetahui apa arti hidup yang sesungguhnya.

Comments and 9,953 views

Dimas Andra Saputra

Your Future Engineer │ Model United Nations │ Entertainment World

Related Posts

COMMENT

Comments Closed