“Beyond Skyline,” Pertempuran Alien dalam Nuansa Indonesia │ Movie Review

October 31, 2017

Jika Flagers penggemar film dengan makhluk luar angkasa? Flagers pasti akan menikmati film terbaru Iko Uwais, Beyond Skyline. Beyond Skyline yang merupakan sebuah film fiksi ilmiah yang juga memiliki unsur action dan thriller yang kental, yang merupakan sekuel dari film pertamanya Skyline (2010).

Film ini disutradarai oleh penulis skenario Liam O’Donnel yang juga merupakan bagian dari tim penulis di film pertama. Sementara sutradara film pertamanya Brothers Strauss kali ini menjadi produser. Film ini diproduksi secara internasional: syuting dilakukan di Kanada dan Indonesia, sementara post-production dilakukan di Amerika Serikat, bersama studio Hydraulx yang juga merupakan studio pembuat visual efek dari serial Netflix, “Stranger Things 2.”

Film “Beyond Skyline” menceritakan seorang detektif bernama Mark (Frank Grillo) yang harus bertempur dengan alien yang tiba-tiba menginvasi Los Angeles. Mark memimpin sekelompok survivor berusaha keluar dari Los Angeles hidup-hidup. Beberapa dari mereka kemudian mati dengan tragis. Sementara empat orang terakhir yang tersisa; Mark, putranya Trent (Jonny Weston), seorang masinis Audrey (Bojana Novakovic), serta kakek buta bernama Harper (Callan Mulvey); tersedot ke dalam UFO milik alien itu. Ternyata sang alien mengincar otak manusia yang digunakan untuk menghidupkan robot-robot alien.

Saat Mark sedang berusaha mencari Trent di dalam UFO, ia bertemu dengan seorang ibu yang sedang hamil. Namun ada yang aneh, janin yang baru berusia 3 bulan tersebut membesar dengan cepat sejak perempuan itu melihat sinar dari alien. Akhirnya Mark membantu perempuan itu melahirkan seorang putri yang nanti akan menjadi kunci dalam pertempuran manusia dan alien.

Mark akhirnya berhasil bertemu dengan tiga rekannya, namun sayang, otak Trent berhasil direnggut setelah ia berhasil menyelamatkan Harper yang tersangkut. Beberapa saat kemudian UFO itu terjatuh di sawah, yang diceritakan berada di sebuah desa di Laos. Mark dan Audrey serta bayi perempuan yang tumbuh sangat cepat itu pun kabur dari UFO. Mereka pun bertemu dengan Sua (Iko Uwais) dan Kanya (Pamelyn Chee), kakak beradik yang merupakan pimpinan kelompok pemberontak Laos. Film pun berlanjut dengan menunjukkan kisah mereka saat berusaha menyelamatkan diri dari serangan alien yang menginginkan otak manusia.

Mungkin banyak yang bertanya-tanya mengapa Laos dipilih sebagai latar belakang cerita, padahal syuting dilakukan di Yogyakarta dan Batam, serta melibatkan Iko Uwais dan Yayan Ruhiyan sebagai bagian dari aktor utama. Sutradara sekaligus penulis skenario Liam O’Donnel mengaku memiliki kedekatan pribadi dengan Laos karena istrinya berasal dari negara Asia Tenggara tersebut. Bahkan karakter Sua yang dibintangi oleh Iko Uwais adalah nama putranya. Jadi sejak awal pembuatan naskah memang Laos yang dipakai sebagai latar belakang.

Akan tetapi saat akan memulai proses produksi tim tidak menemukan lokasi di Laos yang cocok dengan skenario. Akhirnya dipilihlah Batam dan Yogyakarta, termasuk keindahan Candi Prambanan yang menjadi lokasi utama pertempuran terbesar alien vs manusia di film ini. Apakah manusia akhirnya mampu mengalahkan niat jahat alien? Jangan ketinggalan untuk nonton film ini ya Flagers.

Comments and 2,683 views

Dimas Andra Saputra

Your Future Engineer │ Model United Nations │ Entertainment World

Related Posts

COMMENT

Comments Closed