Banyak kritikus film yang akan kecewa setelah menyaksikan sendiri film ini. Mereka yang memperkirakan bahwa The Hunger Games hanyalah sebuah bentuk lain dari The Twilight Saga, ternyata harus gigit jari. Film ini ternyata melampaui ekspektasi dan berhasil membuktikan diri sebagai sebuah franchise yang berkualitas.
The Hunger Games bercerita mengenai sebuah kondisi suram di masa depan, yang terdiri dari kota-kota distrik pecahan perang sipil. Setiap tahunnya, masing-masing distrik diharuskan mengirim 2 wakil untuk mengikuti kontes The Hunger Games, di mana setiap peserta diwajibkan untuk bertarung hingga tersisa 1 orang yang hidup sebagai pemenang. Tidak sekedar menjadi teenlit yang berisi kisah cinta dengan balutan action, The Hunger Games adalah bentuk kekacauan masa depan dengan nuansa dystophia yang kuat dari berbagai sisi.
Akting Jennifer Lawrence bukanlah kelas Kristen Stewart yang cengeng dan depresif dalam Twilight Saga. Lawrence berhasil menjadi Katniss yang tangguh, rapuh namun sekaligus related dengan diri kita semua. Film ini dihiasi oleh wajah-wajah muda bertampang keren. Meskipun demikian, kekuatan karakter yang sudah dikenal terlebih dahulu oleh fans lewat novel karya Suzanne Collins, dapat terjaga dengan baik. Josh Hutcherson yang akan digilai oleh para wanita di seluruh dunia, tampil cukup brilian mendampingi Jennifer Lawrence sebagai Peeta. Alexander Ludwig juga berhasil menampilkan tokoh antagonis Cato terasa menyebalkan namun tetap disukai. Bahkan Leny Kravitz juga mencuri perhatian sebagai stylist simpatik Cinna.
Meskipun tidak sempurna di ending yang terkesan memudahkan, tetapi The Hunger Games tetap mampu berdiri kokoh sebagai salah satu franchise terbaik dunia film sepanjang masa. Terbukti dengan penghasilannya yang berhasil memecah rekor box office, di mana sebanyak 155 Juta US Dollar berhasil diraih hanya dalam waktu 3 hari saja. Let The Games Begin!
Leave a Reply
You must be logged in to post a comment.