Karakter film iconic dari tahun 80-an, “Robocop,” kembali dihidupkan dalam layar lebar. Menghilang selama 21 tahun, sejak film “Robocop 3” di tahun 1993. Kini, sutradara Jose Padilha memiliki tugas yang berat untuk memperkenalkan sang polisi robot kepada generasi baru yang belum mengenalnya. Versi asli “Robocop” yang dirilis pada tahun 1987, juga merupakan karya sutradara Paul Verhoeven yang menjadi salah satu film klasik yang sangat dicintai oleh para penggemar Sci-Fi. “Robocop” versi 2014, berusaha untuk membangun sebuah image yang berbeda, namun tetap mempertahankan berbagai aspek yang dicintai dari film aslinya.
Seorang polisi bernama Alex Murphy, menjalankan sebuah misi penyamaran bersama rekannya untuk membongkar jaringan pengedar senjata ilegal. Misi yang dilakukan tanpa izin tersebut, ternyata tidak berakhir mulus. Rekan Alex yang bernama Jack Lewis tertembak dan mengalami luka parah. Alex yang berusaha untuk terus mencari tahu kebenaran dibalik kasus tersebut, juga harus mengalami hal yang buruk. Ketika kembali ke rumah untuk berkumpul dengan istri dan anaknya, Alex sama sekali tidak menduga akan terjadi peristiwa yang mengubah hidupnya. Ia mengalami luka parah yang mengakibatkan tubuhnya cacat dan dalam kondisi yang kritis.
Perusahaan Omnicorp di bawah pimpinan Raymond Sellars yang memproduksi berbagai senjata dan robot keamanan, mengambil kesempatan dari kondisi Alex Murphy. Dengan bantuan dari Dr.Dennet Norton, Alex ditransformasi menjadi manusia robot. Kini, Alex mengemban misi untuk membasmi kejahatan di kota Detroit sebagai Robocop yang tangguh. Meskipun sebagian besar tubuh Alex adalah mesin robot, tetapi Ia masih memiliki jiwa. Sehingga rasa kemanusiaan yang Ia miliki, kecintaannya pada keluarga, dan juga berbagai gejolak batin dalam dirinya seringkali menimbulkan komplikasi. Mampukah Alex mengatasi berbagai gejolak dalam dirinya untuk menjadi seorang polisi super yang diharapkan oleh Omnicorp? Akankah Alex juga dapat mengatasi berbagai kejahatan di Kota Detroit dan mengungkap kebenaran dibalik peristiwa yang dialaminya?
Faktor utama yang paling ditunggu-tunggu dari kehadiran film “Robocop” adalah penampilan fisik dan juga peforma dari kostum, senjata dan kendaraan sang robot pembasmi kejahatan. Production Designer, Martin Whist yang dibantu oleh Legacy Effects berhasil memamerkan hasil kerjanya dengan baik. Kostum Hitam terbaru Robocop terlihat sangat kokoh, namun tetap lincah dan elegan. Sementara kostum klasik yang berwarna perak, tetap dipertahankan dengan gaya lama yang menampilkan sedikit modifikasi, sehingga lebih terlihat modern dan masa kini. Senjata Pistol peluru dan alat kejut listik Robocop juga terlihat proporsional, sesuai untuk ukuran tubuhnya. Kendaraan terbaru Robocop yang merupakan modifikasi dari Motor Kawasaki 1000 tampak kokoh dan gagah dalam membantunya membasmi kejahatan.
Adegan aksi dalam “Robocop” dihadirkan dengan sinematografi yang penuh dengan gaya dan realistis. Mulai dari angle yang unik saat adegan Robocop mengelilingi kota Detroit dengan motor patrolinya, gaya kamera yang bergoyang saat terjadi adegan pertempuran, hingga titik pandang penembak pertama seperti video game saat adegan tembak menembak. Semua Adegan aksi “Robocop” dibangun oleh Sutradara Jose Padilha untuk membuat intensitasnya dirasakan secara penuh oleh penonton.
Unsur cerita pada film “Robocop” juga berkesinambungan. Tidak hanya menitikberatkan pada faktor aksi berintensitas tinggi, film ini juga menampilkan unsur drama yang kuat. Hubungan Alex Murphy dengan istri dan anaknya akan membuat kita merasa terharu. Rasa menyayangi seseorang yang berada di dekat kita, namun tidak dapat memiliki sepenuhnya. Unsur humanisme dan hati dari seorang suami dan sekaligus ayah yang tidak mempunyai fisik manusia, tetapi rasa cinta tetap hidup dalam jiwanya.
Bintang asal Swedia, Joel Kinnaman ternyata mampu menghidupkan sosok tangguh dan gagah dari seorang pahlawan Amerika, Robocop. Tampilan fisik wajahnya yang tegas dan garang, membuat Joel terlihat berwibawa dan tidak cengeng. Tetapi Ia masih mampu menghidupkan sisi emosional sebagai seorang ayah dan sekaligus suami dalam karakter Ryan Murphy. Gary Oldman yang berperan sebagai Dr.Dennett Norton juga menunjukkan kelasnya sebagai aktor berpengalaman. Ia tampil dengan sangat prima sebagai ahli robot yang berada diantara sebuah dilema. Untuk menyelesaikan tugas dengan memusnahkan jiwa manusia dari Robocop sepenuhnya, atau tetap menjaga unsur perasaan sang robot polisi. 2 aktor kawakan lain, juga tampil dalam film ini. Michael Keaton yang berperan sebagai karakter antagonis Raymond Sellers, CEO Omnicorp, dan Samuel L. Jackson yang menjadi pembawa acara televisi Patrick Novak. Jika Michael Keaton menunjukkan aktingnya sebagai seorang pria yang licik, Samuel L. Jackson berhasil mencuri perhatian dengan berbagai humor sarkastis yang Ia tampilkan.
Dorongan untuk membandingkan film “Robocop” tahun 2014 dengan versi aslinya adalah sesuatu yang tidak terelakkan. Bagi kita yang pernah tumbuh dengan karakter “Robocop” pasti sudah sangat mencintai film yang dirilis pada tahun 1987 tersebut. Film yang pernah menjadi kenangan masa kecil sebagian dari kita ini, tidak dapat dibandingkan dengan versi terbarunya. Keduanya memiliki jejak perasaan tersendiri bagi penonton yang menyaksikannya.
“Robocop” versi tahun 2014 dihadirkan dengan teknologi dan tampilan visual effects yang jauh lebih unggul. Dari unsur fisik desain produksi dan kostumnya juga terlihat sangat modern dan sesuai untuk era ini. Bahkan, unsur aksi pada “Robocop” terbaru ini juga dihadirkan dengan tingkat intensitas yang tentunya diharapkan oleh pentonton. Namun, 1 hal yang selalu akan membuat sebuah film berkesan adalah keberadaan “jiwa” yang menghidupkan unsur ceritanya. Kehadiran “Robocop” versi 2014 berhasil memberikan penghormatan khusus kepada versi aslinya. Sebuah film yang menghibur dan sekaligus meninggalkan kesan.