Film “Pitch Perfect 2” menawarkan kisah yang masih sama dengan film pertamanya, perjuangan kelompok musik akapela kampus, The Barden Bellas yang akan melawan kelompok lainnya di kejuaraan internasional. Jika dalam film pertamanya, The Baden Bellas telah sukses menyabet jawara di tingkat nasional, kini eksistensi grup yang beranggotakan para wanita cantik dengan suara yang merdu ini sangat dipertaruhkan di kancah internasional. Kini The Barden Bellas berada dibawah sang ketua, Beca, seorang gadis kreatif yang mampu memadukan musik-musik unik dengan beat-beat yang sangat cepat.
Meski telah menjadi juara di tingkat negara selama tiga kali berturut-turut, kini mereka terhalang melaju ke babak pertandingan selanjutnya. Karena, salah satu anggota Barden Bellas, melakukan tindak memalukan di depan Presiden Amerika Serikat, Barack Obama, alhasil The Barden Bellas diskors oleh pihak kampus. Setelah dipuji oleh jutaan orang, kini The Barden Bellas menjadi aib bagi negara maupun kampusnya sendiri. Namun, The Barden Bellas tidak tinggal diam, mereka berjuang mengembalikan citra mereka sebagai grup akapela terbaik di Amerika Serikat. Akhirnya, pihak panitia kemudian memberi pilihan, mereka boleh ikut pertandingan selanjutnya, asalkan mereka dapat menang di kejuaraan di tingkat dunia. Sebuah upaya yang belum pernah dilakukan grup akapela manapun di Amerika Serikat.
Selama beberapa bulan mereka vakum, dan di saat masa perekrutan, mereka tak boleh menyeleksi anggota baru. Namun, justru di masa kekosongan itu, mereka didatangi oleh seorang mahasiswi baru bernama Emily, yang ternyata memiliki suara emas, dan mampu memberi warna baru grup akapela ini. Di saat bersamaan, Beca sang pemimpin grup, malah diam-diam memiliki kesibukan tersendiri, dengan cara bekerja magang di sebuah label musik besar. Akibatnya, fokus Barden Bellas menuju babak persaingan dunia malah kacau balau, sesuatu yang membuat eksistensi grup ini terancam bubar.
Tidak hanya sampai disitu, dalam menuju kompetisi Internasionalnya, The Barden Bellas kembali mengalami kendala ketika mereka dihadapkan oleh pesaing-pesaing mereka yang memiliki suara yang sangat bagus dengan padu padan gerakan yang sesuai. Melihat para pesaing mereka yang sangat hebat, The Barden Bellas akhirnya tidak penah sedikitpun untuk melewatkan waktu-waktunya untuk terus berlatih vokal, koreografi dan lainnya.
Meski kualitas akting para pemain “Pitch Perfect 2” tergolong biasa-biasa saja, namun candaan khas anak kampus yang dibuat sedikit lebay cukup untuk mengundang gelak tawa dari para penonton. Kehidupan mahasiswa tingkat akhir yang cukup dominan dalam film ini dapat dibilang menjadi sebuah pengikat penonton untuk tetap bertahan di kursi bioskop. Penonton hanyut akan kenangan masa-masa tingkat akhir di kampus yang bahagia dan sedih bercampur aduk.
Keunggulan lain dari film ini adalah sanggup menyajikan kualitas vokal sangat prima dari para kelompok akapela yang sebenarnya. Yang juga menarik perhatian adalah sebuah grup akapela asal Jerman, Das Sound Machine. Kehadiran mereka untuk menjadi antagonis dalam film ini justru memancing decak kagum karena musik yang mengombinasikan akapela, koregrafi futuristik, dan kecanggihan teknologi. Lalu bagaimakah nasib The Barden Bellas selanjutnya? mampukah mereka memenangkan kejuaraan internasional guna mengembalikan eksistensi mereka?
Secara umum, jika Flagers menginginkan lebih dari sekadar drama komedi, dengan konser musik berkualitas vokal prima, film ini patut masuk daftar pertimbangan tontonan akhir pekan. So tunggu apa lagi Flagers? Langsung saja nonton film “Pitch Perfect 2” di bioskop-bioskop kesayangan kalian.