37 Kota Berpartisipasi di Kampanye EARTH HOUR Indonesia 2014

Posted by
April 1, 2014

Earth Hour 2014

Pada hari Sabtu, 29 Maret 2014 lalu, kembali lebih dari satu milyar orang di seluruh penjuru dunia berpartisipasi di aksi Switch Off atau mematikan lampu dan peralatan elektronik lainnya yang tidak digunakan selama satu jam pada pukul 20.30-21.30 waktu setempat, sebagai sebuah simbolisasi dukungan terhadap gerakan EARTH HOUR. Di tahun keenam penyelenggaraannya di Indonesia, WWF-Indonesia telah melakukan rangkaian penggalangan komunitas yang dikemas dalam KolaborAKSI SERENTAK: “Ini Aksiku! Mana Aksimu?” sejak awal tahun. Tahun 2013 lalu, gerakan EARTH HOUR diikuti oleh 31 kota di Indonesia. Tahun ini, setelah beberapa kali aksi serentak dilakukan menjelang EARTH HOUR, dukungan komunitas untuk EARTH HOUR meningkat menjadi 37 kota di Indonesia – menjadikan Indonesia sebagai gerakan EARTH HOUR berbasis komunitas terbesar di dunia.

“Keberhasilan kampanye ini tidak diukur dari penghematan listrik pada satu jam di EARTH HOUR, tapi amplifikasi perubahan gaya hidup ramah lingkungan yang digerakkan oleh para EARTH HOUR Champion di kota-kota pendukung EARTH HOUR dan juga dari program berkelanjutan yang ditargetkan untuk menjadi bagian dari perubahan di kota mereka masing-masing,” jelas Nyoman Iswarayoga, Direktur Komunikasi dan Advokasi WWF-Indonesia. “Kami percaya bahwa amplifikasi aksi oleh komunitas yang demikian luas akan berkontribusi pada tujuan awal EARTH HOUR, yaitu berkontribusi dalam mengurangi dampak perubahan iklim. Sebuah gerakan perubahan akan efektif jika seluruh lapisan di masyarakat berkolaborasi, terutama orang-orang mudanya.”

Gerakan EARTH HOUR global dimulai tahun 2007 di Sidney, Australia, sebagai sebuah aksi serentak individu, komunitas, korporasi, dan pemerintah dalam upaya mengurangi laju pemanasan global dan dampak perubahan iklim. Hanya dalam kurun waktu tujuh tahun, gerakan EARTH HOUR telah berkembang menjadi aksi dengan partisipasi massa terbesar di dunia. Tumbuh dari hanya 1 kota menjadi 7000 kota, dari 1 negara menjadi 158 negara di 7 benua, dan dari 2 juta menjadi lebih dari 1 milyar peserta di seluruh dunia. Kini, EARTH HOUR diakui sebagai kampanye lingkungan hidup global terbesar dalam sejarah.

Di Indonesia, EARTH HOUR diadopsi tahun 2009, dimulai hanya di Jakarta. Berkat intensitas kampanye di ruang publik dan jejaring media sosial yang dilakukan oleh WWF-Indonesia dan komunitas-komunitas organik pendukung EARTH HOUR lewat kampanye “Ini Aksiku! Mana Aksimu?”, EARTH HOUR mengalami peningkatan revolusioner hingga mampu memobilisasi banyak kota di Indonesia untuk partisipasi dalam aksi perubahan gaya hidup. Hanya lima tahun sejak dimulai, gerakan EARTH HOUR Indonesia di tahun 2014 mencatat sebanyak 37 kota yang menyatakan berpartisipasi dalam aksi EARTH HOUR 2014, yaitu: Banda Aceh, Lhoksemauwe, Padang, Pekan Baru, Palembang, Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Bandung, Cimahi, Sukabumi, Tasikmalaya, Purwakarta, Kuningan, Yogyakarta, Solo, Semarang, Surabaya, Malang, Kota Batu, Kediri, Sidoarjo, Denpasar, Mataram, Pontianak, Palangkaraya, Banjarmasin, Samarinda, Balikpapan, Sangata, Palu, Sorowako, Makassar, Kendari dan Ambon.

Perbedaan penting EARTH HOUR tahun ini dengan tahun-tahun sebelumnya adalah aksi berkelanjutan yang diupayakan oleh para EARTH HOUR Champions sebagai bagian dari kampanye EARTH HOUR. Aksi-aksi berkelanjutan ini antara lain: Banda Aceh dengan aksi tanam mangrove di pesisir Aceh Besar; Bekasi dengan aksi tanam mangrove di Muara Gembong; Bandung dengan aksi pengelolaan sampah kota; Yogyakarta dengan aksi tanam pohon produktif di Desa Terong; Samarinda dengan aksi revitalisasi sungai (tanam bakau dan bersih sungai); Makassar dengan kampung hijau dan sekolah satelit dalam skema Makassar Creative City Movement; dan Denpasar dengan aksi adopsi koral untuk birukan laut di Bali Barat dan aksi tanam pohon untuk hijaukan hutan di kaldera Gunung Batur Kintamani.

Dalam aksi Switch Off  sebagai puncak Kampanye EARTH HOUR, berbagai lokasi dan organisasi turut berpartisipasi secara organik, dengan menyelenggarakan selebrasi simbolis aksi mematikan lampu dan peralatan elektronik yang tidak terpakai. Sebagaimana pula dilakukan di seluruh negara peserta EARTH HOUR, pemadaman lampu harus diikuti oleh bangunan-bangunan ikon di kota-kota besar. Tahun ini, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta meneruskan komitmen mendukung EARTH HOUR dengan melakukan pemadaman lampu di 5 ikon kota Jakarta, yaitu: gedung Balai Kota Provinsi DKI Jakarta; Monumen Nasional (Monas), Bundaran Hotel Indonesia dan air mancurnya; air mancur Arjuna Wiwaha; dan Patung Pemuda.

Di tingkat global, aksi Switch Off juga diikuti oleh ikon-ikon dunia, antara lain: Empire State Building di New York, Tower Bridge dan St Paul’s di London, Edinburgh Castle di Skotlandia, Brandenburg Gate di Berlin, Eiffel Tower di Paris, Kremlin and Red Square di Moskow, Bosphorus Bridge yang menghubungkan Eropa dan Asia, Burj Khalifa di Dubai, Marina Bay Sands di Singapura, dan banyak lagi.

Tahun ini juga, melalui platform global bernama EARTH HOUR BLUE, 20 inisiatif crowdfunding diluncurkan dari berbagai negara di dunia. Salah satu program corwdfunding yang sekarang tengah berjalan adalah program “Power Up A Ranger” dari Indonesia, yaitu aksi penggalangan donasi secara online melalui skema crowdfunding untuk perbaikan kualitas peralatan dan keselamatan kerja penjaga hutan dan laut di Indonesia.

Kampanye EARTH HOUR Indonesia 2014 didukung oleh mitra-mitra korporasi, yaitu: Central Park Mall, Weber Shandwick Indonesia, PT BFI Finance, TEH KOTAK Thanks to Nature, Garuda Indonesia, Hotel Indonesia Kempinski dan LINE. Para mitra ini telah menyatakan komitmen terhadap gerakan EARTH HOUR, melalui partisipasi dalam aksi Switch Off dan secara sukarela mengajak rekanan, staf, konsumen, dan masyarakat dalam jejaring kelompok masing-masing perusahaan untuk juga berpartisipasi di gerakan EARTH HOUR 2014.

“INI AKSIKU! MANA AKSIMU?”

Dikutip dari: Press Release Earth Hour Switch Off Ceremony, 29 Maret 2014

Comments and 3,631 views

Gia Adhika

I work in the entertainment, publishing & social media industry. Observes & writes about it. Author of ONE DIRECTION The Unofficial Book & Buku Pop Superstars.

Related Posts

COMMENT

Comments Closed