Flagers! Kalian pernah bayangin ga jika kalian harus berjuang hidup di dalam kereta biar nggak yang diserang oleh komplotan zombie? Kisah perjuangan penumpang kereta api yang sedang diserang zombie ketika melakukan perjalanan menuju Busan, sebuah kota yang aman tersebut, merupakan inti dari film “Train to Busan” yang baru saja mencetak sejarah perfilman Korea dengan meraih 10 juta penonton. Dengan fakta barusan, film garapan sutradara Yeon Sang Ho ini terbukti berhasil memproduksi film zombie yang tidak kalah sama film Hollywood yang juga kerap mengangkat film dengan konsep mayat hidup. Bahkan, film “Train to Busan” juga menjadi salah satu film official selection out of competition di Festival de Cannes.
Mengutip dari Hollywood Reporter, sebenernya film “Train to Busan” merupakan versi live action dari sekuel film animasi Seoul Station, garapan Yeon Sang-ho juga. Bedanya, film “Train to Busan” lebih menggambarkan suasana kota Seoul yang berantakan setelah dilanda virus misterius dan menyebabkan mereka jadi zombie.
Kisah ini menceritakan seorang ayah tampan, Sook-woo dan anaknya yang menaiki kereta cepat dari Seoul ke Busan. Namun sepanjang perjalanan, wabah zombie merebak di seluruh Korea Selatan. Pilihan untuk bertahan hidup pun semakin sempit. Di antara ketidakpastian situasi, tidak ada pilihan bagi mereka untuk tetap melanjutkan perjalanan ke Busan sembari bertahan hidup dari gigitan zombie.
Tidak pernah terpikir bagi Sok-woo bahwa tugasnya mengantar anaknya ke Busan akan menjadi perjalanan kereta cepat yang penuh darah. Setting kereta menjadi tempat yang sangat seru dan menegangkan untuk bertahan hidup dari serangan zombie. Benar-benar semua sudut tempat digunakan dan dieksplorasi dengan maksimal dan brilian. Mulai dari kolong kursi, ruang di antara gerbong, peron stasiun, bahkan kompartemen bagasi di atas kepala! Ternyata kombinasi dari semua itu menjadikan sebuah pengalaman bertahan hidup yang sangat menegangkan.
Dalam film “Train to Busan,” Flagers boleh bebas berteriak atau berkomentar gemas apapun. Puaskanlah untuk menertawakan tingkah laku atau karakter yang kocak, karena momen ringan tersebut sangat penting sebelum situasi kembali berbalik. Saking cepatnya kereta Korea Train eXpress (KTX) ini melaju hingga kecepatan 421 km/jam, anda tidak akan sempat menganalisa hal apa yang menjadi penyebab wabah ini. Setiap karakternya sangat grounded dan dapat dengan mudah mengingatkan anda akan teman, saudara, rekan kerja, atau bos anda. Ketika empati bahkan kesebalan sudah dirasakan, silahkan pegangan pada apapun sebelum setiap karakter itu bergulat dengan para zombie pemegang tiket kereta cepat itu.
Satu hal yang paling berkesan dari film “Train to Busan” adalah interpretasi zombie yang dibawakan. Setiap detil gerakan tubuh – terutama mereka yang baru menjadi zombie – benar-benar unik dan tidak terbayangkan sebelumnya. Namun justru itu yang menjadikan para zombie Korea ini semakin mengerikan, terutama mereka yang berada di kejauhan dan membangunkan bulu kuduk. Tentu saja para zombie tidak peduli apakah mereka patah tulang atau tidak, tetapi efek tersebut yang justru sangat signifikan menambah kengerian yang ada.
Nah ini yang menjadi titik keunggulan film “Train to Busan” untuk tampil menonjol di antara genre yang sama – bahkan dengan nyaman dapat disandingkan dengan produksi Hollywood yang telah memiliki daftar panjang. Dengan porsi drama yang proporsional – meski tetap dengan khas Korea Selatan – Film “Train to Busan” memiliki hati untuk memikat empati dari para penontonnya. Seperti penumpang kereta umum pada kebanyakan, film ini memiliki varian karakter yang menarik.
Dari anak kecil, ibu hamil, ayah menyebalkan, bos rese, hingga pria macho yang jadi jagoan. Dalam porsi yang pas, masing-masing dengan cepat mampu menarik hati sehingga memiliki frekuensi emosi yang sama dengan penonton. Namun mampukah mereka semua selamat dari serangan para Zombie ganas tersebut? Akankah mereka bertahan hidup dan sampai di Busan?
Maka dari itu, cepatlah naik dalam kereta cepat penuh zombie ini. Film “Train to Busan” jelas akan menjadi pengalaman perjalanan yang sangat menyenangkan! Mulai dari ngeri, menegangkan, hingga tertawa dan miris sakit hati – semua bisa anda rasakan dalam 118 menit film ini. Yak benar, unsur lelucon yang diselipkan beberapa kali dalam film jelas memberi nafas terhadap segala ketegangan itu – dan sangat efektif mendekatkan penonton pada situasi serta karakternya. Untuk Flagers yang penasaran, langsung saja nonton film “Train to Busan” ya.
Leave a Reply
You must be logged in to post a comment.