Film dengan konsep found footage bukan lagi menjadi terobosan baru seperti ketika dirilisnya “The Blair Witch Project” yang banyak membuat orang terkejut. Konsep ini semakin terasa usang dengan banyaknya bermunculan film-film murahan yang tidak bermutu dengan konsep found footage. Sebelum membangun persepsi yang negatif terhadap film “Project Almanac,” mungkin kita harus membuka diri untuk mendengar premis ceritanya yang lebih menarik ketimbang konsep sinematografinya. Seperti layaknya “Chronicle” yang berhasil memberi nafas baru pada konsep found footage dan juga film superhero, “Project Alamanc” juga menawarkan gaya tersendiri pada film Sci-Fi untuk remaja.
Seorang remaja pandai bernama David, menemukan sebuah kejanggalan pada rekaman video dari kamera tua milik almarhum ayahnya. Rekaman tersebut menunjukkan sosok misterius yang terlihat janggal. Merasa penasaran, David bersama 2 sahabat dan juga adiknya menyelidiki rekaman tersebut. Penyelidikan mereka berlanjut dengan ditemukannya sebuah mesin misterius milik ayahnya.
Ternyata, mesin yang telah mereka temukan memilik kemampuan untuk melintas waktu ke masa lalu. Penemuan mesin yang awalnya terasa menyenangkan dan tidak berbahaya tersebut, juga harus menimbulkan berbagai konsekuensi yang tidak terduga. Mampukah David bersama adik dan teman-temanya mengatasi dampak bahaya yang ditimbulkan oleh mesin waktu tersebut?
Di luar dugaan, konsep sinemtografi yang dipilih oleh sutradara Dean Israelite ternyata tidak menjadi bagian dominan dari “Project Almanac.” Gaya penceritaannya yang santai dan terkesan muda, berhasil menghidupkan plot ceritanya yang membuat penasaran. Kisah “Project Almanac,” seakan-akan menjadi mash up antara “Chronicle” dengan “Back To The Future.” meskipun masih belum mampu mengejar kualitas dari kedua film tersebut, tetapi “Project Almanac” cukup memberikan sesuatu yang menyegarkan.
Akting dari 5 bintang utamanya yang masih sangat muda dan belum terkenal, terbilang baik dan terlihat alami. Mungkin nama besar yang dapat menjadi nilai jual film ini adalah pakarnya Blockbuster Action Sci-fi, Michael Bay yang bertindak sebagai produser eksekutif. Namun, bumbu kisah cinta remaja yang romantis dan musik populer merupakan eleman yang membuat “Project Almanac” memiliki potensi untuk menjadi magnet bagi penonton muda.
“Project Almanac” dapat menjadi kuda hitam yang muncul sebagai film yang mampu mencuri perhatian, seperti yang terjadi pada “Maze Runner” di tahun 2014 lalu. Kisahnya memiliki keunikan dan daya tarik sejak awal cerita. “Project Almanac” memang bukan karya jenius yang akan menggemparkan dunia perfilman, tetapi film ini sangat cerdik dalam menghibur penonton. Sudah cukup lama kita tidak disajikan dengan film bertema time travel yang semenarik ini. Paling tidak, setelah menyaksikan “Project Alamanac,” imanjinasi liar kita akan terdorong untuk bertanya-tanya pada diri sendiri. Jika memiliki kesempatan untuk kembali ke masa lalu, bagian mana yang paling ingin kita kunjungi untuk diubah?