Film “Poltergeist” bukanlah sebuah judul baru di dunia film horor. Diciptakan sutradara ternama, Steven Spielberg, film ini telah hadir sebagai trilogi pada tahun 1982, 1986, dan 1988. Berpusat pada kisah di sebuah keluarga, yang terus menerus diikuti dan diteror oleh sekelompok hantu yang sangat tertarik dengan putri bungsunya. Film “Poltergeist” 2015 sendiri berawal dari kisah keluarga yang selalu diteror oleh kekuatan jahat dari dunia lain. Pasangan Eric Bowen (Sam Rockwell) dan Amy Bowen (Rosemarie DeWitt) yang tengah mencari rumah baru, akhirnya mendapatkan rumah mewah dengan harga yang cukup untuk melengkapi kesejahteraan mereka. Akhirnya mereka pindah ke rumah yang berada di kota kecil tersebut bersama ketiga anaknya, si remaja, Kendra (Saxon Sharbino), si penakut namun selalu penasaran, Griffin (Kyle Catlett) dan si bungsu yang lucu, Madison (Kennedi Clements).
Pada malam pertama, mereka mendengar suara aneh dan asing di balik dinding. Griffin, putra satu-satunya menemukan sebuah kotak aneh berisi boneka badut yang usang. Kemungkinan boneka tersebut adalah peninggalan penghuni sebelumnya. Suasana semakin mencekam ketika tengah malam tiba, semua lampu dan berbagai elektronik mulai menyala dan mati dengan sendirinya. Hal tersebut membuat Griffin terbangun. Ketika ia mengetahui adiknya, Maddy menghilang, bergegas ia langsung mencari disetiap sudut ruang. Di ruang tv bawah, ia menemukan adiknya yang tengah berbicara dengan seseorang dalam tv, terlihat seperti makhluk yang tidak diketahui asalnya. Maddy mengatakan ke Griffin bahwa seseorang telah datang, karena itulah listrik dan lampu tidak terkontrol. Dengan cepat bocah laki-laki tersebut mencoba untuk mematikan tv.
Bisa ditebak, rumah baru mereka di kota ini berhantu. Jumlahnya bukan hanya satu atau dua, tapi ada banyak hantu atau lebih, tepatnya gerombolan roh jahat, yang perilakunya lebih mengerikan dari hantu biasa. Gangguan roh jahat dalam film “Poltergeist” memang tidak malu-malu. Sedari awal, kengerian sudah ditebar dengan lampu-lampu rumah yang berkedap-kedip, Maddy yang ngoceh sendirian, hingga Griffin yang tubuhnya ditarik hingga ke atas pohon.
Kengerian inilah yang menuntun penonton untuk selalu penasaran, apalagi tidak pernah terlihat penampakan hantu yang benar-benar spesifik layaknya di film-film horor kebanyakan. Yang terlihat hanyalah perilaku jahat mereka yang benar-benar membuat ngilu dan bergidik. Rasa penasaran semakin meningkat, saat keluarga Bowen melibatkan kelompok dari departemen Paranormal Research pimpinan Dr Brooke Powell (Jane Adams). Akhirnya Eric dan Amy mengerti bahwa rumah barunya tersebut dibangun diatas bekas bangunan kuburan tua. Meskipun makam telah dipindahkan, sayangnya hanya sebatas batu-batu nisannya saja. Jenazah-jenazah masih tertimbun dibawah bangunan rumah. Mampukah Eric dan keluarganya terbebas dari ancaman maut para roh-roh jahat yang menghantuinya?
Membuat Poltergeist dengan gaya masa kini menjadi ‘tantangan’ bagi Sam Raimi, David Lindsay-Abaire dan Gil Kenan. Apalagi mengingat trilogi yang pernah ada sebelumnya mampu menarik sekaligus berhasil membuat banyak penonton ketakutan pada saat menonton. Semacam janji secara halus dari pembuat film, bahwa mereka akan menghadirkan sebuah teror mencekam yang baru dan lebih seram lagi dari versi yang sebelumnya. Ditambah dengan teknologi CGI terkini, film ini dipastikan akan sangat menyeramkan.
Satu hal yang dapat diacungi jempol adalah bagaimana upaya pembuat film membuat “Poltergeist” seakan-akan adalah sebuah judul baru. Sehingga saya yakin, film ini tetap bisa menarik penonton baru sebagai fans untuk Poltergeist ke depannya. Kalau ditanya apakah film ini termasuk dalam kategori seram, jawabannya adalah iya. Tak akan jadi film horor tanpa hantu yang seram, musik yang mencekam dan efek suara yang mengejutkan. Tak bisa dipungkiri “Poltergeist” adalah judul baru dalam peta film horor masa kini. So tunggu apalagi Flagers, jika kemarin kalian sudah menonton film “Insidious 3,” coba sekarang tantang diri kalian untuk menonton film “Poltergeist” di bioskop-bioskop kesayangan kalian!