Jika Film “Ouija” biasanya mengambil setting modern dan berkisah tentang sekelompok remaja yang diteror hantu pasca bermain papan Ouija, kini film “Ouija: Origin of Evil” mengajak Flagers semua untung bertualang ke tahun 1960-an. Kebayang kan gimana seramnya. Film “Ouija: Origin of Evil” mengisahkan Alice Zander (Elizabeth Reaser), seorang janda dengan dua anak perempuan yang bekerja dengan pura-pura jadi paranormal. Dibantu kedua putrinya, Lina (Annalise Basso) dan Doris (Lulu Wilson), Alice menyusun ‘skenario’ sehingga sejumlah tamunya percaya bahwa arwah yang mereka panggil sungguh datang.
Alice kemudian berpikir untuk memakai Ouija sebagai ‘gimmick’ baru agar pasiennya lebih yakin saat dia memanggil arwah. Dari cuma main-main, papan Ouija yang dipakai Alice ternyata mengundang arwah sungguhan, yang memakai Doris sebagai perantara. Alice merasa terbantu oleh makhluk halus yang diyakini suaminya, setelah sang arwah memberikan petunjuk ada ‘harta karun’ di rumah mereka. Kejadian aneh mulai bermunculan. Lina lantas mengadukan masalah ini pada Pendeta Tom (Henry Thomas), kepala sekolah. Dari sini teror dimulai.
Film “Ouija: Origin of Evil” mengusung konsep yang lazim diusung horor era 2000 ke atas. Sebuah keluarga dengan segala kekurangannya namun kompak, mendadak terganggu dengan hadirnya makhluk gaib di rumah mereka. Nyaris setengah film dipakai untuk menceritakan latar tiga wanita keluarga Zander. Bagaimana Doris yang masih SD dibully teman-temannya, Lina yang mulai merasakan cinta pertama, dan Alice yang rapuh di balik ketegarannya pasca suaminya meninggal. Ini yang membuat saya merasa cepat ‘akrab’ dengan karakter-karakter dalam Ouija: Origin of Evil.
Teror yang disebar sutradara Mike Flanagan sebenarnya tidak bisa dibilang baru. Beberapa gaya pemunculan setan sudah kerap dipakai film horor. Namun ilustrasi musik yang irit serta momen yang tepat berhasil memberikan efek kejut. Film “Ouija: Origin of Evil” begitu serius membawa penonton kembali ke era 60-an. Selain perhatian mendetail pada kostum, gaya rambut sampai interior rumah, gambar yang disajikan pun terlihat jadul. Perhatikan setiap beberapa menit, ada titik hitam di kiri atas layar seolah masih memakai pita roll film dan proyektor. Demikian pula logo distributor, Universal yang memakai versi lawas.
Buat Flagets yang telah menonton Ouija terdahulu mungkin bertanya-tanya, apa hubungannya cerita remaja diteror setan dengan keluarga di era 50 tahun silam? Pastikan kalian menonton sampai credit title benar-benar selesai untuk menemukan jawabannya.
Leave a Reply
You must be logged in to post a comment.