Hulk, Iron Man, Captain America dan Thor adalah nama-nama yang cukup familiar dari dunia komik, sebelum dihadirkan dalam film. Tetapi, karakter Star Lord, Gamora, Rocket Raccoon, Groot dan Drax, atau “Guardians of the Galaxy,” bukanlah nama yang populer dari halaman komik Marvel. Tetapi, Studio film yang masih bagian dari keluarga besar Disney tersebut, mengumpulkan keberanian yang akan menjadi sebuah perjudian besar. Jika sukses, artinya Marvel Studios dapat membuat film dari karkater apapun tanpa merasa khawatir akan keberhasilan komersialnya. Jika gagal, artinya Marvel Studios hanya dapat mengangkat karakter-karakter yang populer saja untuk menjadi sebuah film.
Peter Quill atau Star Lord adalah buronan yang dikejar oleh para pemburu di galaksi, karena reputasinya sebagai pencuri ulung. Peter kecil yang pernah tinggal di bumi, diculik oleh sekelompok perompak luar angkasa ketika Ia menyaksikan kematian ibunya sendiri. Peter akhirnya dibesarkan oleh pemimpin Ravagers bernama Yondu yang membuatnya memiliki reputasi seperti saat ini. Misinya mencuri sebuah bola misterius ternyata mempertemukan Peter dengan Gamora, Rocket Raccoon dan Groot. Meskipun tidak akur, tetapi mereka berempat memutuskan untuk bersatu setelah ditangkap oleh polisi luar angkasa, Nova Rangers. Bersama seorang napi lainnya bernama Drax, mereka bersatu untuk keluar dari penjara dan menjual bola misterius yang telah dicuri oleh Peter.
Bola misterius yang memiliki nilai jual sangat tinggi tersebut, ternyata juga diincar oleh Ronan, seorang penjahat galaksi yang kejam. Ronan yang akhirnya berhasil mendapatkan bola misterius, ternyata bertujuan untuk memberikannya kepada Thanos yang akan membantunya membalaskan sebuah dendam lama. Setelah mengetahui dampak yang dapat ditimbulkan oleh bola misterius tersebut, Peter bersama Gamora, Rocket, Groot dan Drax berusaha menghentikan Ronan. Mampukah 5 mahluk luar angkasa ini mengatasi perbedaan mereka dan menyelamatkan galaksi dari rencana Ronan?
“Guardians of the Galaxy” menghadirkan sesuatu yang berbeda dari berbagai film Marvel Cinematic Universe sebelumnya. Aksi superhero dipadukan dengan petualangan luar angkasa yang eksentrik ala “Star Wars,” unsur Komedi yang kental dengan berbagai referensi budaya pop dan berbagai musik populer dari era 60 hingga 70-an. Hasilnya adalah sebuah opera luar angkasa yang sangat unik dan kreatif.
Untuk efek visual dan aksi, “Guardians of The Galaxy” tidak memberikan sesuatu yang kacangan. Visualisasi berbagai koloni di galaksi dan pemandangan luar angkasa yang dihadirkan, sangat memanjakan mata. Tampilan CGI dari karakter Groot dan Rocket Raccoon juga terlihat sangat detil dan nyata. Kita bahkan bisa merasakan makna dibalik mimik wajah kedua karakter tersebut dengan sangat jelas. Berbagai adegan aksi yang ditampilkan oleh “Guardians of the Galaxy,” memadukan antara keseruan pertempuran luar angkasa, tembak menembak, hinga pertarungan fisik.
Berbagai lelucon yang dihadirkan dalam “Guardians of the Galaxy” akan membuat penonton tertawa. Tidak sekedar adegan slapstick, tetapi juga komedi referensial yang banyak menyentuh budaya pop Amerika Serikat. Mulai dari dialog mengenai musik populer, John Stamos hingga film Footlose dan Kevin Bacon. Jangan terkejut jika tiba-tiba kita ditampar dengan sebuah adegan kocak ditengah pertempuran besar yang mencengangkan dalam film ini.
Musik adalah jiwa dari film “Guardians of the Galaxy.” Sebuah mixtape dan walkman milik Peter Quill mengisi berbagai bagian penting dalam film. Bukan sekedar menjadi latar belakang semata, tetapi juga menghidupkan suasana. Dari adegan pembukaan, kita sudah disajikan dengan hit milik 10cc yang berjudul “I’m Not in Love,” kemudian lagu no.1 miliki Blue Swede yang berjudul “Hooked on a Feeling” disajikan sebagai latar untuk adegan di penjara luar angkasa. Lagu-lagu ikonik lainnya, seperti: “I Want You Back” dari Jackson 5, “Come and Get Your Love” dari Redbone, “Cherry Bomb” dari The Runaways, “Ain’t No Mountain High Enough” dari Marvin Gaye & Tammi Terrell, “O-o-o Child” dari The Five Stairsteps dan masih banyak lagi.
Pemilihan pemeran dalam “Guardians of the Galaxy” adalah hal lain yang membuat film ini unik. Siapa yang menyangka kalau komedian Chris Pratt ternyata mampu menjadi seorang jagoan super? Ternyata Chris memang menunjukkan kelasnya sebagai seorang komedian dan sekaligus membuktikan bahwa ia adalah bintang film aksi terbaru. Melalui Chris Pratt, karakter Peter Quill menjelma menjadi seorang pria penakluk wanita yang cerdas, tangguh, lucu dan sekaligus mempesona. Karakter lain yang sangat menonjol adalah Rocket Raccoon yang diperankan dengan sangat brilian oleh Bradley Cooper. Nominator Oscar ini berhasil menghidupkan sebuah rakun menjadi mahluk imut yang kocak dan sekaligus mematikan. Seluruh pemeran dalam film ini memberikan porsi timing yang pas, sehingga membuat semua karakternya memberikan kontribusi yang seimbang.
Tanpa diragukan lagi, “Guardians of the Galaxy” merupakan sebuah ekseperimen yang berhasil dari Marvel Studios. Tidak hanya unik dan kreatif, film ini menunjukkan keberaniannya untuk keluar dari pola-pola normal sebuah film Aksi. Acungan jempol layak diberikan kepada sutradara James Gunn yang juga menulis naskah “Guardians of the Galaxy” bersama Nicole Perlman. Meskipun tidak semua referensi komedi yang dihadirkan dalam film ini dapat dicerna dengan mudah oleh penonton, tetapi hal itu justru menjadi nilai lebih yang menarik. Tenyata, mengumpulkan 5 mahluk aneh dan tidak populer dalam sebuah film Marvel merupakan sebuah ide yang sangat brilian. Sekarang, Marvel dapat membuat film apapun yang mereka inginkan!