Ketika menyaksikan sekuel film dari sebuah karya box office yang banyak mendapatkan pujian karena kualitasnya, tentu kita tidak akan berharap untuk mendapatkan tingkat kualitas yang lebih baik. Jika melihat dari pengalaman sebelumnya, spekulasi dan ekspektasi penonton terhadap film sekuel tentu akan diturunkan. Tetapi, kejutan besar dapat kita harapkan dari film “Dawn of the Planet of the Apes.” Sekuel dari film tahun 2011 yang berjudul “Rise of the Planet of the Apes” ini, siap mematahkan mitos lama yang menyatakan bahwa film sekuel tidak lebih baik dari karya orisinalnya.
Mengambil masa 10 tahun setelah peristiwa skandal serangan para kera di jembatan Golden Gate, “Dawn of the planet of the Apes” melanjutkan kisah kehidupan Caesar, seekor kera yang memiliki intelektualitas manusia. Kini, Caesar telah berhasil membangun sebuah koloni bersama para kera yang melarikan diri dari uji coba manusia di laboratorium Gen-Sys. Selama masa 10 tahun tersebut, para kera telah berkembang biak dan memiliki keluarga masing-masing, termasuk Caesar yang telah memiliki pasangan dan juga 2 anak. Kehidupan koloni kera di hutan lindung yang berubah menjadi alam liar tersebut, tampak harmonis dan damai, tanpa gangguan berarti.
Kehidupan damai koloni kera berubah dramatis setelah munculnya sekelompok manusia yang ingin memanfaatkan bendungan di hutan sebagai sumber kekuatan listrik. Manusia yang telah dianggap punah karena virus flu simian, ternyata juga masih memiliki koloni di tengah kota. Merasa saling terancam atas keberadaan satu dengan yang lainnya, kera dan manusia belum mampu membangun hubungan saling percaya. Sebuah peristiwa tak terduga memicu terjadinya konflik besar antara dua mahluk ini. Akankah kera dan manusia dapat menyelesaikan masalah mereka dan mencegah terjadinya perang besar?
Unsur utama yang ditonjolkan dari film “Dawn of the Planet of the Apes” adalah hubungan emosional antara manusia dan kera. Perbedaan dan juga persamaan antara kedua mahluk ini merupakan bagian vital yang menjadi titik balik peristiwa dramatis dalam kisahnya. Tidak sekedar menghadirkan nilai-nilai moral antara manusia dengan hewan, tetapi film ini mampu memperlihatkan sisi emosional dan ikatan batin, juga nilai-nilai keluarga yang ditanamkan oleh para kera.
Melalui penggunaan bahasa-bahasa isyarat dan juga sedikit kata-kata penting, kita dapat merasakan jiwa dibalik para kera. Meskipun penonton tidak akan sepenuhnya merasa nyaman saat melihat para kera yang mampu berbicara dengan bahasa manusia, tetapi hal ini menjadi penting untuk menonjolkan sisi dramatis dari cerita. Keunikan dari “Dawn of the Planet of the Apes” lainnya adalah, film ini tidak memiliki karakter yang dikatakan sebagai sepenuhnya watak antagonis. Karena semua tokoh, termasuk yang dianggap paling memiliki watak keras, seperti kera Koba, memiliki motivasi dan alasan dibalik tingkah laku mereka.
Kehadiran Andy Serkis, sang aktor veteran motion capture CGI, memang terbukti sebagai poin lebih dari film ini. Kemampuan Andy dalam menghidupkan Caesar, sang kera pemimpin koloni melalui bahasa tubuh dan juga intonasi kata-katanya, memang terbilang gemilang. Penonton akan dibuat terhanyut dengan berbagai mimik, juga gaya pengucapan yang detail dari karakter CGI Caesar yang diperankannya. Meskipun belum sepenuhnya mampu mengimbangi karisma dari karakter Caesar, aktor Jason Clarke juga memberikan penampilan yang baik sebagai Malcolm, karakter sentral dari tokoh manusia dalam film ini.
Adegan klimaks dari “Dawn of the Planet of the Apes” merupakan peperangan dahsyat antara kera dengan manusia di tengah San Fransico yang kini menjadi kota puing. Adegan pertempuran dengan senjata, hand to hand combat, ledakan dahsyat hingga reruntuhan puing-puing bangunan besar menjadi elemen dramatisasi yang dimanfaatkan secara maksimal oleh sutradara Matt Reeves. Perang yang sangat intens dan menegangkan ini, dijamin akan membuat mata penonton terpaku dan turut merasakan susana pertempuran yang terjadi.
Di tengah maraknya film-film sekuel dari karya-karya blockbuster yang mengecewakan dari sisi kualitas cerita dan juga eksekusi finalnya, “Dawn of the Planet of the Apes” memberikan tontonan yang dijamin akan memuaskan penontonnya. Untuk mendapatkan pengalaman yang maksimal dan juga menghindari kebingungan akan jalinan ceritanya, disarankan untuk terlebih dahulu menyaksikan film “Rise of the Planet of the Apes” demi menjaga kontinuitas kisahnya. Bersiaplah untuk menghadapi serangan dahsyat dari para kera dalam “Dawn of the Planet of the Apes.”
Leave a Reply
You must be logged in to post a comment.