Bertujuan untuk mendorong momentum kesepakatan Paris 2015, The Climate Reality Project Indonesia dan para mitranya, bekerja sama dengan Paramounth Pictures mengadakan pemutaran perdana film An Inconvenient Squel: Truth to Power. Acara ini dilaksanakan di Epicentrum XXI, Jakarta, Senin (21/8/2017) malam.
Film lanjutan dari “The Inconvinient Truth” ini di sutradarai oleh Jon Shenk dan Bonni Cohen. Film “An Inconvenient Sequel” kembali menunjukkan Gore dalam misinya untuk mengatasi perubahan iklim global saat memberikan ceramah, menghadiri konferensi dan upaya untuk mempengaruhi keputusan kebijakan. Al Gore dalam pemutaran perdana di London sempat mengecam retorika Trump terhadap situasi nuklir di Korea Utara.
Film dokumenter “An Inconvenient Sequel: Truth to Power” juga banyak memuat momen dari Konferensi Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 2015 yang menunjukkan Gore bekerja di balik layar untuk mendapatkan kesepakatan antara bisnis energi terbarukan dan negara-negara asing.
Perjuangannya ini berujung pada penandatanganan Perjanjian Perubahan Iklim Paris pada bulan April 2016. Meski demikian awal tahun ini, Presiden Trump mengumumkan niatnya Amerika keluar dari Persetujuan Paris – sebuah keputusan yang menurut Gore membuatnya “khawatir” pada awalnya.
Gore mengatakan ia sangat khawatir ketika Trump mengumumkan keputusannya tersebut namun keesokan harinya seluruh bagian dunia menggandakan komitmen mereka seolah ingin menunjukkan kepada Presiden Amerika. Mantan wakil presiden Amerika itu juga mengatakan meskipun perubahan iklim mendatangkan bencana bagi planet bumi namun film dokumenter ini mengirim pesan harapan.
Terkait pentingnya perhatian terhadap isu krisis iklim, The Climate Reality Project Indonesia mengimbau BUMN dan sektor swasta untuk bisa menyelengarakan nonton film yang sama di tempat kerja mereka. Dalam hal krisis iklim, mereka juga gencar menyosialisasikannya lewat buku, yang disebar ke pihak pemangku jabatan, serta perpustakaan-perpustakaan.
Dibanding An Inconvenient Truth, sekuel ini punya beberapa perbedaan. Namun demikian, kedua film itu tetap memiliki benang merah. Pada film pertama, dengan gayanya yang menarik, Al Gore berhasil meyakinkan masyarakat bahwa pemanasan global itu nyata, yang disebabkan perilaku manusia. An Inconvenient Sequel: Truth to Power lebih menitikberatkan pada membangkitkan semangat dan menunjukan seberapa dekat manusia dengan revolusi energi sejati.
Dalam film ini juga banyak diceritakan upaya Al Gore dalam melanjutkan perjuangannya yang tidak pernah mengenal lelah. Dalam perjalanannya, banyak hal-hal yang menggelitik, lucu, serta getir ketika dia mengejar gagasan inspirasional. Film “An Inconvenient Sequel: Truth to Power” diputar di bioskop Amerika dan Inggris diputar pada 18 Agustus lalu, sementara di Indonesia 25 Agustus mendatang.