Saya ingat, ketika Maliq & D’Essentials merilis sebuah lagu dalam balutan vintage berjudul Menari (2011), ada yang berubah seketika. Tidak ada lagi soulful khas Maliq dalam hits ‘Dia’ , ‘Terdiam’ atau ‘Pilihanku’. Tidak ada pop akustik seperti ‘Untitled’ yang akan membuat para penggemar galau sing-along bersama. Semua itu digantikan dengan nada mendayu-dayu, pakaian kuno seragam serta koreografi kaku di atas panggung. Saya kira itulah perubahan terbesar yang paling berani diambil oleh Maliq & D’Essentials. Namun, setelah mendengar album terbaru mereka, saya keliru. Semua hal tersebut bukan apa-apa dibandingkan perubahan dalam album terbarunya, Sriwedari.
Sriwedari adalah rilisan terbaru setelah The Beginning Of a Beautiful Life di tahun 2010. Album ini dirilis dalam dua edisi : edisi standard dan edisi terbatas yang hanya dicetak 2000 kopi dan dijual melalui sistem pre-order online. Awalnya album ini direncanakan sebagai The Best Of album dengan tambahan 3 lagu baru. Alih-alih 3 lagu baru, mereka malah menghasilkan 10 lagu dan akhirnya memutuskan untuk membuat sebuah album penuh. Akhirnya mereka menamakan album tersebut, Sriwedari, yang diambil dari salah satu judul lagu berjudul ‘Setapak Sriwedari, yang menggambarkan kebahagiaan selama proses pembuatan album ini.
Bagi mereka, Sriwedari adalah album paling menyenangkan yang pernah mereka buat. Mereka telah melakukan eksplorasi ke arah musik yang belum pernah mereka jamah sebelumnya. Seperti dangdut pada lagu ‘Drama Romantika’. Dangdut yang selama ini identik dengan norak dan murahan seketika berubah seketika menjadi keren. Anda tidak akan merasakan guilty pleasure ketika mendengarnya.
Jika beberapa album sebelumnya Maliq & D’Essentials lebih banyak terpengaruh pada musik Amerika. Dalam album ini, mereka memberikan rasa british yang lebih kental namun tetap natural. Beberapa vintage ala Inggris, juga gaya bernyanyi dan melodi lawas serupa dengan White Shoes & The Couples Company. Seperti dalam ‘Setepak Sriwedari’, lagu ber-lirik puitis yang sungguh ‘ngena’ di hati.
Tak dipungkiri bahwa Widi Puradireja adalah otak dibalik segala keanehan yang diciptakan disini. Namun, pengaruh yang paling terlihat adalah pattern snare-drum marching band yang ditemukan dalam track ‘Sing! Make It Happen’ dan ‘Janji’. Dua lagu ini seakan-akan menyeret anda kedalam dunia khayalan yang mereka ciptakan. Sekilas mirip lagu-lagu yang diputar di film kolosal dan drama musikal.
Diantara lagu kuno dan lagu drama mereka, terdapat juga ‘lagu dansa’ yang cukup menghibur. Berjudul ‘Beautiful Disaster’, menjadi satu-satunya lagu yang memuat lirik berbahasa inggris secara full (karena ‘Sing! Make It Happen’ tidak termasuk) dengan bunyi-bunyian synth jadul yang membuat kita akan bernostalgia sejenak dengan disco-disco ala Daft Punk.
Sriwedari sendiri mengandung arti sebagai ‘taman surga’. Melegakan, menyenangkan, penuh kebahagiaan. Saya yakin banyak pertanyaan, pujian, kritikan bahkan cemoohan yang mungkin diterima Maliq & D’Essentials saat ini. Mereka tidak terus berada di comfort zone yang kadang membuaikan, namun terus berusaha untuk jadi yang berbeda. Begitu mendengar lagu terakhir ‘Inilah Kita’ saya langsung mengerti semuanya. Bait terakhirnya seakan-akan yang menjadi jawaban pas untuk semua hal ini. “Inilah kita di satu masa / di realita / inilah kita / inilah kita”. Ya, inilah Maliq & D’Essentials. Inilah taman surga mereka.
Leave a Reply
You must be logged in to post a comment.