Bagi saya, tak penting apakah Flagers tahu tentang Eagles atau tidak. Menonton ‘History of the Eagles’ akan meninggalkan kesan tersendiri bagi siapapun. Entah Flagers berasal dari tahun 70an ataupun mereka yang lahir pada era dimana Justin Bieber menjadi idola wanita saat ini. Saya hidup di era yang kedua, namun saya sungguh menikmatinya.
2 jam pertama (part 1) Flagers akan disuguhkan dengan sejarah band ini, berfokus pada formasi band ini dari awal terbentuk hingga perpecahan mereka tahun 1980. Semuanya bermula ketika Gleen Frey seorang anak dari buruh pabrik kecil di Michigan bertemu dengan ‘koboy’ asal Texas bernama Don Henley. Keduanya menjadi musisi pengiring untuk Linda Ronstadt, hingga akhirnya memutuskan untuk membentuk sebuah band yang kelak akan dikenal sebagai Eagles bersama Randy Meisner dan Bernie Leadon.
Ceritanya lebih manusiawi sekaligus beruntung luar biasa karena nama-nama besar seperti Kenny Rogers, Bob Seger, Linda Ronstadt, dan Jackson Brown ternyata berperan besar pada duo ponggawa Eagles tersebut di masa-masa awal sebelum band ini terbentuk. Bahkan diceritakan bagaimana Glenn Frey belajar menulis lagu ketika mendengarkan Jackson Brown bermain piano dibawah apartment rumahnya. Flagers juga akan melihat bagaimana masuknya Don ‘Finger’ Felder, hingga penggantian Bernie Leadon dengan Joe Walsh merubah konsep band ini dari country bluegrass-rock menjadi sebuah American Dream Rock’n’Roll dengan Eaglemania yang menari-nari telanjang. Tentu saja Eagles tidak terlepas dari Drug, Sex dan Rock’n’Roll yang menjadi paket yang tidak terpisahkan pada tahun 70-an.
Kesuksesan hit single “Take It Easy”, “Witchy Woman”, “Desperado”, “Lyin’ Eyes”, “Take It to the Limit”, “New Kid in Town”, “Hotel California” dan “Life in the Fast Lane” (buka saja Google maka Flagers akan menemukan puluhan katalog terkenal dari Eagles), bukan tercipta begitu saja. Tetapi juga melewati permasalahan publishing, keluarnya para pendiri band, hingga akhirnya rekaman audio perkelahian Frey dan Felder di atas panggung (1980 Long Beach concert) menjadi bumbu-bumbu pedas untuk ukuran sebuah band rock terlaris pada zamannya.
Sang sutradara, Alison Ellwood tidak hanya menampilkan dokumentasi dari sebuah perjalanan sukses band tua asal California, tetapi juga menampilkan masa-masa kelam mereka tanpa tangis dan air mata. Lebih dari itu, ia juga dengan apik menampilkan footage live concert yang memuaskan segala kerinduan Flagers tanpa menghilangkan benang merah dari kisah sesungguhnya. Saya setuju, History of The Eagles bukanlah sebuah akhir, melainkan awal dari sebuah sejarah.
Supported by Universal Music Indonesia
Leave a Reply
You must be logged in to post a comment.