“Winters Tale,” Sebuah buku klasik dengan lebih dari 800 halaman, diterjemahkan menjadi bentuk visual oleh sutradara dengan karya film perdananya, Akiva Goldsman. Sebenarnya, Goldsman bukanlah orang yang asing dengan dunia perfilman, namanya sudah dikenal oleh dunia sebagai penulis naskah film “A Beautiful Mind” yang berhasil meraih penghargaan Oscar. Sebuah resiko yang cukup besar untuk mempertaruhkan karya yang dicintai kepada seorang sutradara muda. Tetapi, Akiva Goldsman akan berusaha keras untuk membuktikan bahwa Ia bukan hanya seorang penulis naskah yang handal, namun juga seorang penghidup visual yang memiliki potensi.
Mengambil setting pada dua abad yang berbeda, “Winter’s Tale” dibuka dengan kisah mengenai sepasang suami istri yang meninggalkan anaknya di sebuah miniatur kapal yang dilepas ke lautan. Tanpa penjelasan lebih lanjut, tiba-tiba kisah berlanjut ke sebuah pelabuhan kota New York di tahun 1916. Seorang pemuda bernama Peter Lake dikejar sekelompok gerombolan yang dipimpin oleh Pearly Soames. Peter yang sudah terpojok, berhasil lolos dari maut berkat sebuah keajaiban misterius. Untuk menghindari Pearly dan gerombolannya, Peter memutuskan untuk pergi dari New York menuju ke kota lain yang lebih aman.
Di tengah perjalanannya, Peter yang memiliki profesi sebagai pencuri ulung, memutuskan untuk merampok satu rumah lagi di New York sebagai tambahan modal perjalanannya. Saat Ia memilih beberapa barang untuk dicuri, Peter bertemu dengan anak gadis dari pemilik rumah bernama Beverly Penn. Peristiwa ini ternyata menimbulkan cinta pada pandangan pertama bagi Peter dan Beverly. Seiring dengan waktu, rasa cinta keduanya semakin mendalam. Tetapi, hubungan Peter dan Beverly diuji oleh berbagai tantangan. Beverly ternyata menghidap sebuah penyakit mematikan yang dapat merenggut nyawanya kapan saja. Peter sendiri masih menjadi orang yang diburu oleh penjahat yang menyeramkan, Pearly Soames. Akankah Peter dan Beverly mampu mempertahankan cinta mereka? Mampukah keajaiban mengalahkan kekuatan jahat yang menaungi mereka?
Akiva Goldsman memiliki tugas berat untuk menghidupkan novel klasik terbitan 1983 yang ditulis oleh Mark Helprin ini. Selain unsur romansa yang dibangun melalui kisah cinta Peter dan Beverly, “Winter’s Tale” juga menampilkan sisi fantasi, supranatural, action dan sekaligus thriller pada era yang terpisah 1 abad lamanya. Hal ini memang menimbulkan kesan bahwa terlalu banyak sisi yang ingin ditampilkan dalam film “Winter’s Tale.” Namun, usaha keras Akiva Goldsman untuk membuat penonton terkesan, memang sangat terasa di sepanjang film berdurasi 118 menit ini.
Collin Farrel dan Jessica Brown Findlay menjadi pemeran Peter Lake dan Beverly Penn, 2 karakter sentral dalam “Winter’s Tale.” Nama Collin Farrel sudah tidak asing lagi, bintang asal Irlandia ini telah membintangi berbagai film blockbuster maupun independen yang sukses. Ia berhasil meraih penghargaan Golden Globes melalui perannya dalam film “In Bruges.” Collin juga telah tampil dalam film “Phone Booth,” “Tigerland,” “Minority Report,” “S.W.A.T.,” “Miami Vice,” “Total Recall” dan masih banyak lagi.
Sedangkan, Jessica Brown Findlay yang berperan sebagai Beverly Penn, berhasil mendapatkan sorotan berkat penampilannya dalam serial televisi produksi Inggris, “Downton Abbey.” Aktor yang meraih Academy Awards melalui film “Gladiator,” Russel Crow juga tampil dalam film ini. Ia berperan sebagai karakter antagonis Pearly Soames. Nantikan juga sebuah kejutan berupa penampilan dari aktor populer lain, yang sebelumnya juga pernah bekerjasama dengan Akiva Goldsman dalam sebuah film.
“Winter’s Tale” menampilkan komposisi musik latar yang indah dari Hans Zimmer dan Rupert Gregson-Williams. Unsur magis dan romansa yang dibangun oleh musik dari Zimmer dan Williams berhasil menciptakan nuansa yang diharapkan dari film ini. Penyanyi asal Skotlandia, K.T Tunstall, menyumbangkan lagu tema yang hadir di bagian end credits “Winter’s Tale.” Sebuah lagu berjudul “Miracle” terasa sangat pas untuk menjadi original song yang menggambarkan kisah film ini.
“Winter’s Tale” adalah sebuah film yang akan memburamkan batas antara logika dan khayalan. Setting kota New York dan karakter yang nyata dipadu dengan peristiwa-peristiwa magis dan karakter mitologi. Membuktikan bahwa, rasa cinta akan mampu melawan berbagai tantangan. Andai saja “Winter’s Tale” ditayangkan pada musim liburan Natal dan tahun baru, sudah tentu nuansa yang ingin dibangun oleh film ini akan semakin terasa nyata.
Leave a Reply
You must be logged in to post a comment.