Diluncurkan sebagai video game strategi untuk perangkat komputer di tahun 1994, Warcraft kemudian berkembang sebagai salah satu seri video game terlaris di dunia. Lebih dari 20 tahun kemudian, game berlatar negeri fantasi keluaran Blizzard Entertainment ini akhirnya diangkat ke film layar lebar oleh studio Hollywood, Legendary Pictures dan Universal Pictures.
Film “Warcraft” yang ditulis skenarionya oleh Jones dan Charles Leavitt dirancang sebagai sebuah kisah permulaan menyangkut perseteruan antara ras manusia dengan orc di negeri Azeroth. Film ini dibuka dengan sekelompok tentara orc hendak menembus gerbang Dark Portal, yang dibuka menggunakan sihir dari Gul’dan (Daniel Wu). Lewat gerbang ini, Gul’dan memindahkan sekelompok orc ke Azeroth, dengan rencana bahwa seluruh orc akan menempati Azeroth.
Negeri para orc memang telah tak layak huni, sehingga mereka berniat menjadikan Azeroth rumah baru mereka. Akan tetapi, hal itu harus dibayar dengan harga mahal, karena sihir Gul’dan membutuhkan banyak nyawa sebagai sumber tenaga. Untuk itu pula, mereka menculik setiap manusia di desa-desa Azeroth hanya untuk memperkuat sihir Gul’dan dalam membuka Dark Portal.
Kedatangan orc sebagai ras asing membuat penduduk Azeroth harus bertindak. Raja Llane (Cominic Cooper) dan Ratu Taria (Ruth Negga) dari kerajaan Stormwind mengandalkan kesatria terbaik mereka, Lothar (Travis Fimmel) untuk mencari cara menghadapi para orc yang brutal dan perkasa. Namun, perang fisik saja tidak cukup, karena sihir kegelapan yang disebut Fel yang dipakai Gul’dan hanya bisa dihadapi dengan ilmu sihir juga. Lothar pun meminta bantuan penyihir The Guardian bernama Medivh (Ben Foster), serta seorang pemuda mantan calon Guardian bernama Khadgar (Ben Schnetzer).
Durotan (Toby Kebbell), pemimpin salah satu suku orc, mulai melihat bahwa ada yang keliru dari keberadaan Gul’dan dan sihirnya, yang malah menimbulkan kehancuran demi kehancuran bagi kaum orc sendiri. Demi keselamatan suku dan keluarganya, Durotan berusaha meyakinkan kaum orc untuk meminta bantuan manusia untuk mengalahkan Gul’dan. Seorang budak orc berdarah campuran, Garona (Paula Patton) kemudian menjadi kunci akan jalan keluar perseteruan kaum manusia dan orc.
Film Warcraft dirancang sebagai permulaan dari sebuah franchise baru, bahkan dalam beberapa promosi film ini disebut dengan judul Warcraft: The Beginning. Karena itu pula, film ini mengambil cerita terawal dari seri game-nya. Namun, satu hal yang ditekankan oleh pembuat filmnya adalah membuat filmnya tetap memegang spirit dari game-nya, dan membuatnya berbeda dari film-film dengan genre fantasi lainnya. Ini terutama dari sudut pandang ceritanya, yang diambil dari sisi kaum manusia maupun orc secara seimbang.
Sebuah teknologi terkini pun dipakai oleh Warcraft agar bisa membuat para tokoh orc ini lebih hidup, dengan menangkap gerak tubuh maupun ekspresi wajah aktor yang memerankannya, lalu diterapkan dalam bentuk gambar digital. Bagi Bill Westenhofer, selaku visual effects supervisor, menangkap ekspresi wajah sedetail mungkin sangat penting bagi Warcraft, mengingat orc juga menjadi protagonis utama ceritanya. Untuk Flagers yang penasaran dengan ceritanya, langsung saja check tonton di bioskop-bioskop kesayangan kalian.
Leave a Reply
You must be logged in to post a comment.