Film ke-25 karya Steven Spielberg ini menambah daftar film tentang spionase seperti “Mission Impossible: Rogue Nation,” “The Man From U.N.C.L.E.,” dan “Spectre.” Film berjudul “Bridge of Spies” ini mengisahkan tentang pertukaran sandera dari masing-masing kubu yang terlibat dalam Perang Dingin.
Hubungan Amerika Serikat (AS) dan Uni Soviet sempat memanas semasa Perang Dingin. Sepanjang era 1947–1991, kedua negeri adidaya, atau tepatnya Blok Barat dan Blok Timur, berlomba menjadi penguasa dunia. Gambaran inilah yang disajikan oleh sineas jenius Steven Spielberg dalam film anyar garapannya, “Bridge of Spies.” Sekalipun berlatar Perang Dingin, film ini tidak menyajikan baku tembak berlebihan, melainkan baku negoisasi.
Berawal dari seorang mata-mata Uni Soviet Rudolf Abel (Mark Rylance) yang menyamar menjadi pelukis dan ditangkap Pemerintah Amerika Serikat. Abel lantas menyewa pengacara yaitu James B. Donovan (Tom Hanks). Tak mudah bagi Donovan menyelesaikan tugasnya. Banyak orang memusuhinya karena membela orang yang dianggap membahayakan negara. Kendati demikian, Donovan sendiri tak peduli apakah benar Abel merupakan mata-mata utusan Uni Soviet.
Tak lama, seorang tentara Amerika Francis Gary Powers yang mendapat misi untuk mengintai Uni Soviet mengalami kegagalan. Pesawatnya ditembaki saat sedang mengambil gambar dari udara. Sama seperti Abel, Powers menjadi tawanan Pemerintah Uni Soviet. Beban semakin bertambah ketika mahasiswa asal Amerika Serikat yang berkuliah di Jerman Timur, Frederic Pryor tertangkap tentara Jerman Timur. Donovan akhirnya mengambil langkah untuk bernegosiasi agar masing-masing warga negara bisa kembali. Caranya, melalui sebuah pertukaran. Apakah Donovan bisa menyelamatkan dua warga Amerika dengan hanya menukar Abel?
Film yang diilhami dari kisah nyata ini menampilkan adegan tanpa percakapan pada menit pertamanya yang cukup panjang. Film ini tak sekadar memberi sinaran terhadap kemampuan akting Tom Hanks tapi juga bisa mengambil nilai bagaimana Donovan melakukan negosiasi di tengah masa kritis. Digambarkan pula bahwa apapun yang dilakukan ketiga negara itu memiliki kepentingannya masing-masing tak seperti Donovan yang hanya ingin mengembalikan warga yang ditahan ke negaranya.
Bagian menarik dari film “Bridge of Spies” adalah efek kamera yang digunakan. Hasilnya, gambar-gambar jadul, seolah film ini dibuat pada era 1950-an. Tidak terlihat jernih, namun justru inilah poin plus yang menegaskan “kejadulan” film “Bridge of Spies.” Bagian lain yang tak kalah menarik, tentu saja segala properti lawas di film ini, dari alutsista militer, gedung, lanskap, pakaian, kacamata sampai cangkir teh. Hasil kerja tim properti yang mendukung Spielberg kali ini layak diacungi dua jempol!
Selain Hanks, film ini juga dibintangi oleh Domenick Lombardozzi, Victor Verharghe, Mark Fichera, Brian Hutchison, Joshua Harto dan lain-lain. Film “Bridge of Spies” sudah tayang lebih dulu di bioskop di AS, sejak 16 Oktober 2015. Untuk Flagers yang penasaran dengan film “Bridge of Spies” langsung saja saksikan di bioskop-bioskop kesayangan kalian ya!
Leave a Reply
You must be logged in to post a comment.