Special Interview with Dave Koz

Posted by
March 1, 2014

Dave Koz

Pemain saxophone legendaris asal California, Amerika Serikat, Dave Koz kembali berkunjung ke Indonesia untuk tampil di 10th Edition of Java Jazz Festival 2014. Sebelum tampil pada hari Jumat, 28 Februari lalu, Flagig mendapatkan kesempatan dari Universal Music Indonesia, untuk mewawancarai nominator 9 penghargaan Grammy Awards tersebut. Dave bercerita mengenai koneksinya dengan Indonesia, pendapatnya tentang perubahan di Industri musik, video cover version-nya bersama Scott Bradlee, dan kolaborasi Summer Horns yang sudah dirilis sejak bulan Mei tahun 2013 lalu.

Dave Koz yang hadir ke lokasi dengan wajah yang penuh senyuman, masuk ke ruang wawancara dan menyapa terlebih dahulu. Ia langsung membuka wawancara dengan cerita singkat untuk mencairkan suasana. Gaya bicara dan juga setiap kata-kata yang mengalir dari Dave, terdengar tulus, menghangatkan dan sangat akrab. Dave bercerita mengenai rasa cintanya dengan Indonesia. Ia mengatakan bahwa Indonesia, khususnya melalui Java Jazz, membawa suatu suasana yang berbeda terhadap musik. Dave sangat senang dengan sambutan bangsa Indonesia setiap kali Ia tampil di negara kita.

Dave juga sempat berbagi kisah tentang persahabatannya dengan Ruth Sahanaya atau yang akrab Ia panggil dengan Uthe. Dave sudah bersahabat dengannya sejak lama, dan Uthe adalah penyanyi yang sangat Ia kagumi. Dengan fisiknya yang mungil, tetapi Ruth Sahanaya memiliki suara yang sangat bagus. Dave Koz mengenal Uthe setelah berkolaborasi untuk lagu “Keliru.” Menurutnya, lagu “Keliru” memiliki melodi yang sangat indah, dan Indonesia memiliki banyak lagu yang basis melodinya sangat baik. Seperti kolaborasinya dengan Uthe, kolaborasi Dave Koz dengan musisi Indonesia lain seperti Ada Band, terjadi secara tidak terduga. Tetapi, Ia sangat senang melakukannya. Dave juga sempat menghadirkan senandung nada dari lagu “Keliru” ketika wawancara berlangsung.

Dave Koz 3

Di tengah wawancaranya, Dave Koz juga berbagi cerita mengenai perubahan dramatis yang terjadi di Industri musik belakangan ini. “Industri musik sedang mengalami perubahan. Secara bisnis, musik sedang mencari bentuk yang tepat untuk berkembang. Tetapi, rasa cinta akan musik semakin meningkat.” Ia berharap Industri musik yang sedang mengalami transisi, dapat segera menemukan formulasi bisnis yang tepat untuk menampung tingginya kebutuhan akan musik. Karena, selain berekspresi, musisi juga perlu diberikan kompensasi komersial yang sesuai.

Dave juga mengungkapkan mengenai Youtube yang dapat menjadi alat untuk memperkenalkan musisi di seluruh dunia kepada pasar yang luas. Menurutnya, musisi di daerah terpencil, kini dapat dikenal hanya dengan memasang video karya mereka di Youtube. Berbicara tentang Youtube, Dave Koz juga menceritakan mengenai kolaborasinya dengan sensasi Youtube, Scott Bradlee. Ia diajak oleh Scott untuk tampil dalam sebuah video cover version yang menampilkan gaya musik di era 1920 dan 1930-an.

Tawaran dari Scott Bradlee langsung diterima oleh Dave, karena Ia sangat menyukai konsep yang dihadirkan oleh Scott melalui group Postmodern Jukebox tersebut. Dave Koz juga menganggap kalau Scott Bradlee dapat memperkenalkan dirinya kepada generasi baru, melalui penggemar di Youtube yang belum mengetahui tentang musik Dave. Lagu “Careless Whisper” dari Wham yang video musik cover version-nya menampilkan Dave Koz, telah disaksikan oleh ratusan ribu orang hanya dalam beberapa hari sejak diunggah pada 25 Februari lalu.

Pada bulan Mei tahun 2013 lalu, Dave Koz juga sempat merilis album sebagai bagian dari Summer Horns bersama Gerald Albright, Mindi Abair, dan Richard Elliot. Album yang menampilkan berbagai lagu musim panas era 60 hingga 70-an dari Sly & the Family Stone, Earth Wind & Fire, Chicago, dan masih banyak lagi, dihadirkan dengan konsep brass section yang dinamis. Menurut Dave, album Summer Horns pada awalnya merupakan sebuah proyek solo Dave Koz yang menampilkan berbagai musisi kolaborator. Tetapi, saat Dave berada di studio bersama Gerald Albright, Mindi Abair dan Richard Elliot, Ia merasa sebagai satu unit. Sehingga Dave memutuskan untuk menjadikan album ini sebagai sebuah proyek kolaborasi khususnya bersama ketiga musisi tersebut. Album Summer Horns berhasil mendapatkan banyak pujian dari kritikus, bahkan memperoleh nominasi Grammy Awards untuk kategori Best Pop Instrumental Album.

Ketika bergurau tentang nominasi Grammy yang kembali tidak Ia menangkan tahun ini, Dave menyatakan kalau Ia sebenarnya berharap untuk bisa mendapatkannya. Tetapi, meskipun sudah 9 kali mendapatkan nominasi, Dave nampaknya masih belum beruntung. “Aku sudah sangat banyak mendapatkan nominasi Grammy, 9 kali! Tetapi entah kapan aku bisa memenangkannya.” Ungkap Dave sambil bergurau.

Dave Koz tampil selama 3 hari berturut-turut pada Java Jazz Festival tahun 2014 di tanggal 28 Februari hingga 2 Maret 2014. Pada hari pertama, Dave Koz tampil sebagai artis solo, tetapi Ia juga hadir sebagai bagian dari Summer Horns pada hari kedua dan ketiga di Java Jazz Festival 2014. Kehadiran Dave Koz memang selalu memberikan nuansa tersendiri bagi Java Jazz Festival. Dibalik bakatnya yang luar biasa sebagai musisi, Dave juga seorang pria yang sangat ramah. Semoga Dave Koz dapat kembali ke Indonesia untuk tampil di masa yang akan datang. Kita juga berharap, musisi sekelas Dave Koz dapat memenuhi cita-citanya untuk mendapatkan penghargaan Grammy. Flagig meramalkan kalau Dave Koz pasti akan meraih Grammy Awards dalam perjalanan karirnya, suatu saat nanti.

Dave Koz 1

Terima Kasih kepada Universal Music Indonesia yang telah mewujudkan wawancara spesial dengan Dave Koz ini.

Comments and 4,983 views

Gia Adhika

I work in the entertainment, publishing & social media industry. Observes & writes about it. Author of ONE DIRECTION The Unofficial Book & Buku Pop Superstars.

Related Posts

COMMENT

Leave a Reply